Senin, 22 Oktober 2012

Dialog Sangkuriang


DIALOG SANGKURIANG


Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang, anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu akan hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.
Pada suatu hari, Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu.setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari binatang buruan.

Sangkuriang        : Hei Tumang, peka kan indra penciuman mu. Untuk mencari dimana binatang buruan kita.
Tumang               : Baik Sangkuriang, (sambil mengendus)

Karna kepekaan indra penciuman Tumang, akhirnya ditemukannya seekor rusa yang sedang makan rerumputan di hutan.

                Tumang                : Hei lihat, Sangkuriang ! ada seekor rusa !
                Sangkuriang       : (Tertawa), kerja bagus kawan.

Tanpa pikir panjang, Sangkuriang pun langsung membidik seekor rusa dengan panahnya dan tepat mengenai sasaran.
Lalu, Sangkuriang memerintah Tumang untuk membawa rusa ke hadapan Sangkuriang dan membawa pulang hasil buruan tersebut, tetapi Tumang tidak mau mengikuti perintah sangkuriang.

Sangkuriang       : Tolong kau cepat ambil rusa itu, bawa rusa itu ke aku dan kita bawa pulang buruan itu.
Tumang                : Tidak mau, aku ini bukan budak mu Sangkuriang.
Sangkuriang       : (dengan nada tinggi)ku bilang ambil ambil !! cepat sana.
Tumang                : Tidak mau.

Sangkuriang jengkel pada Tumang, akhirnya Sangkuriang mengusir Tumang dan tidak di izinkan pulang ke rumahnya bersama lagi.

                Sangkuriang       : Pergi sana ! aku tidak mau melihatmu lagi.
                Tumang                : (dengan kepala menunduk ke bawah dan langsung pergi)

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala sangkuriang.

                Sangkuriang       : (kepala menunduk kebawah sambil menyesal) Bunda !
               
Dayang Sumbi   : Iya ada apa anak ku Sangkuriang ? wah hasil buruanmu besar sekali.
                                                Hmm, dimana Tumang ??
                Sangkuriang       : Tumang sudah ku usir Bunda, Habis....
                Dayang Sumbi   : (Terkaget) Apa ? Tumang kau usir ?
                Sangkuriang       : Maafkan aku bunda, habis aku kesal sekali dengan dia !
                Dayang Sumbi   : (Bunda lalu lari ke dapur dan mengambil sendok nasi lalu memukul
                                                Sangkuriang)

Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka sangkuriang memutuskan untuk pergi
Mengembara dan meninggalkan ibunya.

Sangkuriang       : aku sangat kecewa sama bunda, Tumang hanyalah seekor anjing jantan,  bukan lebih !
Dayang Sumbi   : (mengeluarkan air mata) kamu tidak tahu apa-apa anak ku.
Sangkuriang       : aku akan pergi untuk mengembara, ku mohon bunda jangan memperdulikan aku lagi. Sekali lagi maafkan aku bunda.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Tuhan memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Dayang Sumbi   : (setelah berdoa, Dayang Sumbi  melihat ke kaca dan terkaget) hah ! kenapa dengan wajahku ini ? (sambil mengelus wajah dengan kedua tangannya) apakah ini rencana mu, Oh Tuhan ? untuk mempertemukan kembali dengan anakku.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. 

Sangkuriang       : Sudah 5 tahun lamanya, tiba-tiba rasa kangen datang kepadaku. Bagaimana keadaan bunda dirumah ya ?

Sesampainya disana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Walau kampung halamnnya sudah berubah, ia bertambah senang ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesonanya dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya.

Sangkuriang       : hmm, maukah kamu menikah dengan ku walau pun dengan pertemuan yang sangat singkat.
Dayang Sumbi   : iya aku mau !

Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayng Sumbi, dan sepakat untuk menikah di waktu  yang dekat.
Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan mengikat ikat kepalanya. alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya.

                Dayang Sumbi   : hah, dengan luka di kepala mu, sepertinya aku pernah kenal denganmu ?
                Sangkuriang       : (Tertawa) sepertinya baru kemarin kita kenal.
                Dayang Sumbi   : kamu dapat luka itu dari mana ?
                Sangkuriang       : aku dapat luka ini, waktu aku pergi berburu di hutan ini, 5 tahun yang lalu.
                                                (lalu sangkuriang pergi ke hutan)

Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi tambah terkejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya.

                Dayang Sumbi   : apakah benar dia anak ku ! (memandang langit)

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri.

Dayang Sumbi   : tidak mungkin aku menikah dengan anakku sendiri, aku akan bilang kepada Sangkuriang pada saat pulang berburu nanti, bahwa aku akan membatalkan pernikahan.

Setelah sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara dengan Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka.

                Dayang Sumbi   : mas, lelah ya ?
                Samgkuriang      : sudah jelas-jelas aku lelah.
                Dayang Sumbi   : hmm, aku ingin berbicara denganmu.
                Sangkuriang       : iya !
                Dayang Sumbi   : aku ingin kita membatalkan pernikahan kita
                Sangkuriang       : (terkaget) apa kamu bilang ?
                Dayang Sumbi   : aku ingin kita membatalkan pernikahan ini. Karena setelah ada bukti luka di
                                                kepalamu itu. Kau itu adalah anakku.
                Sangkuriang       : tapi itu tidak mungkin, kalau kau adalah ibuku, kau pasti sudah tua.

Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana caranya agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi.
Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah
Syarat kepada Sangkuriang. Syarat pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai citarum dibendung.
Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar utuk
Menyebrang sungai.

Sangkuriang       : baik, aku akan penuhi syarat dari mu sebelum fajar menyingsing, tetapi jika aku memenuhi kedua syaratmu, kamu menjadi istri ku, jika aku tidak bisa memenuhi kedua syarat dari mu. Aku akan membatalkan pernikahannya.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikan sebelum fajar menyingsing. 

Dengan kesaktian yang dimilikinya Sangkuriang lalu mengerahkan temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugas tersebut.

                Sangkuriang       : wahai jin, maukah kamu membantuku untuk membuat sampan yang besar
                Jin                           : baiklah, aku akan membantumu, wahai  Sangkuriang.

Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang, betapa terkejutnya dia kerena Sangkuriang hampir menyelesaikan semua syarat yang diberikan dayang sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota.

Ketika melihat warna memerah ditimur kota, Sangkuriang lalu memberhentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah di ajukan oleh Dayang Sumbi.

                Sangkuriang       : (nada kesal) Sial ! waktu cepat berlalu, waktu fajar telah tiba.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri.
Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya, sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Parahu.”


download file MS.WORD "dialog sangkuriang" klik disini

cara download filenya :
- "Klik Disini"
- Klik "file"
- Klik "unduh sebagai"
- Klik "Microsoft word (.doc)"
- Klik "save file"

Dan jangan lupa tinggalkan jejak, seperti comment, like dan follow blognya hehe

Kamis, 15 Maret 2012

Air Panas Dan Air Dingin


AIR PANAS DAN AIR DINGIN
                Pada percobaan kali ini, saya akan melakukan reaksi apabila adanya pertemuan antara air panas dan air dingin. Selain itu kita juga bisa mengetahui apakah yang terdapat padaair  panas dan air  dingin, dan juga kita juga bisa mengetahui reaksi yang akan ditimbulkan oleh keduanya.

  KESIMPULAN, “Air panas mempunyai molekul-molekul yang lemah, dan air dingin mempunyai molekul-molekul yang kuat”.

                Dari kesimpulan diatas kita sudah mengetahui apa yang terkandung/terdapat pada air panas dan air dingin!, jika kalian ada yang belum mengerti tentang kesimpulan yang ada diatas. Mari kita mulai melakukan percobaan!!!


PERCOBAAN PERTAMA



Pada percobaan pertama ini saya akan menaruh kedua botol ini secara beradu atau saling menumpuk (seperti gambar diatas). Lalu, botol yang paling atas itu berisi air panas (ditandai dengan warna merah), dan botol yang bawah itu berisi air dingin (ditandai dengan warna biru). Ditengah-tengah antara hampitan kedua botol itu masih terpasang pembatas, agar kedua warna itu belum tercampur. Pada saat pembatas itu ditarik atau dicabut dari hampitan kedua botol itu, lalu akan bereaksi menjadi.............


·         Warnanya tetap dan tidak tercampur.

Mengapa bisa begitu?? Mari kita ketahui jawabannya...

Ternyata seperti yang ada dikesimpulan diatas tadi, kita sudah mengetahui bahwa molekul air panas itu lemah dibandingkan dengan molekul air dingin. Jadi, pada saat pembatas itu dilepas dari hampitan kedua botol itu, molekul-molekul yang ada pada air dingin itu sangat kuat dibandingkan dengan molekul-molekul yang ada pada air panas. Pada saat posisi air dingin itu dibawah dan air panas diatas, sehingga molekul-molekul kuat pada air dingin itu menahan datangnya molekul-molekul lemah pada air panas yang turun kebawah.

                Jadi, molekul-molekul kuat pada air dingin tersebut itu diibaratkan sebagai sistem imun atau sel darah putih yang ada didalam tubuh manusia, sel imun atau sel darah putih itu berfungsi sebagai tameng untuk menahan datangnya kuman atau bakteri jahat yang ingin menyerang tubuh manusia, dan juga molekul-molekul lemah pada air panas itu sebagai kuman atau bakteri yang ingin menyerang tubuh manusia. Karna sel darah putih pada manusia itu sangat kuat dan kuman atau bakteri jahat itu lemah (sedikit jumlahnya), jadi kuman atau bakteri yang ingin menyerang manusia itu tidak dapat masuk untuk menyerang atau menginfeksi tubuh manusia, yang akan membuat manusia itu menjadi sakit.

Karna air dingin itu mempunyai molekul-molekul yang kuat untuk menahan datangnya molekul lemah yang dimiliki oleh air panas, karna dorongan pada molekul tersebut lemah dan molekul kuat pada air dingin itu bisa menahan dengan kuat, sehingga molekul-molekul lemah pada air panas itu tertahan oleh molekul kuat yang dimiliki air dingin. Contoh gambar yang ada dibawah ini...


(adanya pertahanan kuat yang dimiliki oleh molekul kuat yang menahan molekul lemah tersebut, sehingga warnanya tidak tercampur menjadi satu)



Jadi kalian sudah mengerti tentang percobaan pertama ini kan? Bagus lah kalau begitu. Tapi tunggu dulu, karna masih ada percobaan yang kedua. Mari kita mengetahuinya bersama.



PERCOBAAN KEDUA


Pada percobaan kedua ini, saya akan menaruh kedua botol ini secara beradu atau saling menumpuk (seperti gambar diatas). Lalu, botol yang paling atas itu berisi air dingin (ditandai dengan warna biru), dan botol yang bawah itu berisi air panas (ditandai dengan warna merah). Ditengah-tengah antara hampitan kedua botol itu masih terpasang pembatas, agar kedua warna itu belum tercampur. Pada saat pembatas itu ditarik atau dicabut dari hampitan kedua botol itu, lalu akan bereaksi menjadi.............


·         Warnanya tercampur sempurna dan berubah warna.

Mengapa bisa begitu?? Mari kita mengetahui jawabannya...

Ternyata seperti yang ada dikesimpulan diatas tadi, kita sudah mengetahui bahwa molekul air panas itu lemah dibandingkan dengan molekul air dingin. Jadi, pada saat pembatas itu dilepas dari hampitan kedua botol itu,  molekul-molekul yang ada pada air dingin itu sangat kuat dibandingkan dengan molekul-molekul yang ada pada air panas. Pada saat posisi air dingin itu diatas dan air panas dibawah, sehingga molekul-molekul kuat pada air dingin itu turun kebawah dengan dorongan yang sangat kuat, sehingga molekul-molekul lemah itu tidak bisa menahan datangnya molul kuat tersebut. Akibatnya adalah, pada saat molekul lemah itu tidak bisa bisa menahan turunnya molekul kuat itu dengan dorongan yang kuat, akhirnya tercampurlah warna tersebut. Itulah yang menyebabkan tercampurnya warna pada percobaan kedua.

Jadi, molekul-molekul lemah pada air panas tersebut itu diibaratkan sebagai sistem imun atau sel darah putih yang ada didalam tubuh manusia yang sangat lemah, dan juga molekul-molekul kuat pada air dingin itu sebagai kuman atau bakteri yang ingin menyerang tubuh manusia. Karna sel darah putih pada manusia itu sangat lemah dan kuman atau bakteri jahat itu sangat kuat (banyak jumlahnya), jadi kuman atau bakteri itu masuk semuanya dan menginfeksi seluruh bagian tubuh manusia tersebut, karna sel darah putih tersebut lemah atau jumlahnya sedikit karna banyaknya sel darah putih yang mati akibat penyakit AIDS. Dan akhirnya, manusia itu menjadi sakit.

Karna air panas itu mempunyai molekul-molekul yang lemah untuk menahan datangnya molekul kuat yang dimiliki oleh air dingin, karna dorongan pada molekul tersebut kuat dan molekul lemah pada air panas itu tidak bisa menahan dengan kuat datangnya molekul kuat tersebut, sehingga molekul-molekul lemah pada air panas itu tidak bisa menahan datangnya molekul kuat yang dimiliki oleh air dingin. Lalu, tercampurlah. Contoh gambar yang ada dibawah ini...



(terlihat jelas pada gambar pertama yang ada diatas dan gambar kedua yang ada diatas, warna merah itu tercampur sempurna oleh warna biru)


Jadi kalian sudah mengerti pada percobaan “Air panas dan air dingin” dan bereaksi menjadi apa. Semoga percobaan ini bermanfaat untuk kalian semua dan juga sebagai sumber motivasi untuk membuat karya-karya yang lebih bagus dan berguna untuk bangsa dan negara.

By :  Adi Mukti Wicaksono

Minggu, 11 Maret 2012

Marni Artis Kampung

--> -->
Marni Artis Kampung
Mas Retno dan Marni adalah 2 orang yang tinggal disatu perkampungan daerah Bandung. Mas Retno dan Marni adalah teman baik sejak mereka masih kecil.
20 tahun kemudian, Mas Retno bekerja sebagai petani kebun yang menanam tanaman sayur dan buah. Tanahnya itu milik bapaknya Mas Retno. Luas tanah milik bapaknya itu sekitar 1 hektar, tetapi bapaknya sudah meninggal ketika Mas Retno berumur 2 tahun, ibunya bekerja menggantikan bapaknya. Mas Retno tau sekali, seberapa besar pengorbanan seorang ibu yang ditinggal oleh suaminya dan bekerja keras demi memberi makan anaknya dan untuk membeli keperluan lainnya.
Lalu Marni juga bekerja sebagai petani kebun dan dia menanam sayuran dan buah-buahan juga. Marni menanam sayur dan buah bukan ditanahnya sendiri, melainkan ditanahnya Pak Kasim. Beliau adalah tetangganya Marni. Marni bekerja keras untuk ibunya makan dan juga untuk membeli keperluan yang lainnya. Bapaknya Marni sudah meninggal dikarenakan sakit jantung. Karna yang bekerja keras hanya Marni saja, dan kurangnya biaya untuk menghidupi kebutuhannya, akhirnya Marni terlibat hutang-hutang.
Pada suatu hari disaat Mas Retno sedang mencangkul-cangkul dikebunnya dan memanen hasil kebunnya, setelah beberapa jam, akhirnya Mas Retno Kelelahan. Tiba-tiba Marni datang menghampiri Mas Retno dengan membawa air untuk Mas Retno yang sedang kelelahan. Karna kebetulan juga kebun tempat bekerja Mas Retno dan Marni berdekatan.
            Marni menyerahkan airnya sambil tersenyum, “Mas, ini air untuk Mas Retno minum.”
            “Subhanallah, makasih banyak Marni.”
Setelah berbincang-bincang pada Marni cukup lama untuk melepas lelah, diujung pembicaraan mereka.
            “Ehh Marni!”
            “Iya Mas Retno? Ada apa?”
            “Begini, kita kan berdua sudah lama sekali berteman, mulai sejak kecil sampai kita besar masih berteman baik dan kita juga melewati masa-masa menyenangkan.”
Marni membayangkan ketika mereka berdua masih kecil, dan sambil tersenyum membayanginya,
            “Iya Mas Retno, kalau diingat-ingat lagi ke jaman dulu tuh kayaknya pengen deh waktu itu bisa diputar kembali!”
            “Iya.”
Perasaan Mas Retno mulai gugup, karna Mas Retno mempunyai perasaan cinta kepada Marni. Dan ingin menyatakan cintanya pada Marni. Tetapi Mas Retno malu. Lalu mukanya Mas Retno terlihat me merah.
            “Mas Retno, kok mukanya merah gitu sih? Mas Retno sakit panas?”
            “Hmmm, enggak apa-apa kok, Marni?”
Lalu tangan Marni menghampiri keningnya Mas Retno, “Lohh, kok keningnya Mas Retno gak panas? Tapi mukanya me merah gitu? Marni jadi bingung deh?”
            “Giniloh Marni, sebenernya tuh Mas Retno badannya gak Panas! Tapi?”
            “Tapi apa Mas?”
Mas Retno agak malu pada saat ingin berbicara pada si Marni, “Sebenernya, Mas Retno itu suka suka suka suka?.”
            “Yang bener dong Mas ngomongnya?”
            “Bismillahirahmannirahim, sebenernya tuh gini, Mas Retno itu suka sama kamu Marni!”
Pada saat Marni mendengar perkataan Mas Retno tadi, akhirnya mukanya Marni menjadi me merah, “Yang bener Mas Retno? jadi malu nih! Kenapa sih Mas Retno baru ngungkapin perasaan cinta sekarang ke Marni? Kenapa gak dulu-dulu aja?”
            “Itu semua kan butuh waktu yang tepat!”
Marni tercengung,
            “Marni, kamu kenapa? Kamu marah sama Mas Retno?”
            “Enggak kok!”
Akhirnya Mas Retno memberanikan dirinya untuk menyatakan cintanya kepada Marni, dan Mas Retno diterima cintanya oleh Marni. Dua tahun berlalu, Mas Retno dan Marni menjalani cintanya. Mas Retno yang tadinya mengurus kebunnya akhirnya berhenti dan Mas Retno menyuruh tetangga-tetangganya yang tadinya menganggur akhirnya diberi pekerjaan oleh Mas Retno, dan ditugaskan untuk merawat dan menanam hasil kebunnya, juga diberi upah setiap memanennya. Sementara itu Mas Retno membuka bisnis baru, yaitu menjual sayuran dan buah-buahan segar dipinggir jalan raya dikampungnya, dan juga membangun sebuah supermarket mini. Mas Retno menjual hasil kebunnya dan dikirim kekota-kota dan setengahnya lagi dijual di supermarket mininya.
Lalu Marni yang tadinya bekerja dikebun Pak Kasim, sekarang menjadi pengangguran. Karna si Marni mengurus kebunnya tidak benar, banyak hasil panennya yang busuk karena lupa diberi DESINFEKTAN anti serangga. Dia lupa memberi Desinfektan tersebut karena banyak pikiran dengan hutang-hutangnya. Akhirnya Marni sudah tidak kuat dengan kondisinya yang sekarang ini. Marni ingin pergi merantau sendirian ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan juga untuk segera melunasi hutang-hutangnya.
Marni segera membereskan baju-bajunya ke tas buluk miliknya dan segera minta izin ke ibunya untuk pergi merantau ke Jakarta.
            “Bu, Marni pergi dulu ya?”
Ibunya sambil menangis, “iya, hati-hati dijalan ya?”.
Setiba ditengah perjalanannya, Marni bertemu dengan Mas Retno yang sedang menaiki sepeda motor hitam dengan dua keranjang disisi kanan motornya dan sisi kirinya yang sedang membawa sayur dan buah-buahan untuk dibawa ke supermarket mininya.
            “Marni, kamu mau kemana?”
            “Marni mau ke Jakarta Mas!”
            “Mau ngapain ke Jakarta?”
            “Marni mau cari kerja”.
Mas Retno tercengung sebentar, “Tapi kan kamu bisa bekerja membantu Mas Retno di supermarket? Marni gak usah ke Jakarta lah, Marni bantu Mas Retno aja. Dan masalah hutang-hutang kamu, biar Mas Retno aja yang bayar?.”
Marni tersenyum karna Mas Retno sampai segitunya dengan Marni.
            “Makasih banyak Mas, tapi Marni pengin merubah total hidup Marni di Jakarta. Dan Mas Retno gak usah khawatir sama Marni, Marni bisa jaga diri kok!” sambil tersenyum.
            “Yasudah kalau itu maunya Marni, Mas Retno doakan agar kamu kelak sukses di Jakarta nanti!”.
            “Makasih Mas, oiyaa angkutannya sudah dateng, Marni pergi dulu ya? Assalammualaikum?”.
Perasaan Mas Retno sangat sedih, karena Marni pergi merantau sendiri ke Jakarta dan tak peduli dengan rintangan-rintangan yang datang menghampiri Marni, “Walaikummsallam, hati-hati ya disana”.
Sesampainya Marni di Jakarta, dia melihat banyak sekali gedung-gedung pecakar langit yang sangat tinggi, dan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Marni kebingungan harus mulai dari mana. “Ternyata Jakarta begini toh!”.
Pada saat Marni sedang berjalan dengan kepala yang melihat ke atas, karna masih terkesima oleh gedung yang tinggi-tinggi itu.
Dengan tidak sengaja, Marni menabrak seseorang sutradara yang terkenal yang sedang menyuruh Crew-crew nya untuk mengemaskan barang-barang persiapan syutingnya.
            Dengan kepala yang menghadap kebawah, “Maafkan saya pak, saya tidak melihat bapak!”.
            “Ohh, tidak apa-apa. Hmmm, ngomong-ngomong kamu dari mana? Mau nyari pekerjaan?”
            Marni menganggukan kepalanya, “Saya dari Bandung. iya benar saya ke Jakarta pengin mencari pekerjaan pak!”.
            “Ohhhh. perkenalkan, nama saya Pak Hendra. Saya seorang sutradara.”
            “Nama saya Marni pak!”.
Setelah Marni dan Pak Hendra saling memperkenalkan dirinya, lalu Pak Hendra menawarkan pekerjaan ke Marni untuk menjadi peran utama dalam film yang akan dibuat oleh Pak Hendra.
Hatinya Marni mengatakan sesuatu, “Ini kesempatan saya untuk menjadi terkenal dan saatnya saya membahagiakan ibu saya.”
Tanpa pikir panjang, akhirnya Marni menerima dan menandatangani isi perjanjian kontrak itu. Dan bermain di film buatan Pak Hendra.
Beberapa bulan kemudian semenjak Marni bermain di film pak sutradara terkenal itu, Marni menjadi terkenal dan selalu di perbincangkan di media-media masa, dan film itu merubah total nasib si Marni. Marni selalu dipanggil sana-sini untuk dimintai wawancara di setiap acara televisi swasta. Marni telah menerima job barunya, yaitu bermain di sinetron di acara televisi swasta tersebut. Marni sudah sukses dan terkenal luas dan menjadi artis pendatang baru.
Di desa Marni, Tarjo salah satu orang yang kebetulan sedang ada di warung kopi, sedang meminum kopi sambil menonton sinetron di televisi kepunyaan warung tersebut. Pada saat saat asiknya menonton, Tarjo melihat Marni yang sedang bermain sebagai peran utama di sinetron tersebut, “Gak mungkin ini Marni??”. Dengan rasa tidak percaya, akhirnya Tarjo pergi meninggalkan warung kopi tersebut.
            “Ehh, mau kemana lu? Main lari-lari aja, bayar aja belom?”
            “Iya mpo, ntar saya bayar!”.
Tarjo berlari kencang menuju kerumah Ibunya Marni. Setibanya dirumah Ibunya Marni. Tarjo berbicara pada Ibunya Marni dengan nafas yang sedikit, karna kecapekkan telah berlari dari warung kopi menuju rumahnya Ibunya Marni yang jaraknya cukup jauh.
            “Assalammualaikum”
            “Walaikumsallam, ada apa Tarjo malam-malam begini datang kerumah saya?”.
Lalu Tarjo menceritakan semua tentang apa yang dilihat di televisi tadi kepada Ibunya Marni. Karna Ibunya Marni penasaran, akhirnya Tarjo mengajak Ibunya Marni ketempat warung kopi tersebut.
Sesampainya di warung kopi tersebut, ibunya terkaget melihat anaknya yang sudah sukses. Ibunya Marni sangat bangga dengan perjuangan kerasnya itu. Ibunya Marni sambil menangis bangga.
 Sambil bersujud, “Terima kasih ya ALLAH, engkau telah menjaga dan melindungi anakku dan menaikkan derajat dari yang terendah menjadi yang teratas.”
Satu tahun kemudian, akhirnya film yang dibintangi Marni itu selesai juga. Marni sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika episodenya sudah selesai, Marni akan berkunjung ke tempat ibunya dan segera melunasi hutang-hutangnya. Marni berkunjung ke kampungnya tidak sendirian, Marni pergi ke kampungnya bersama asistennya yang bernama Dina dan sekaligus managernya Marni. Dengan menaiki mobil pribadi, dari Jakarta menuju Bandung.
Tiga jam berlalu, akhirnya Marni sampai di Bandung dan segera menuju ke kampungnya. Setibanya di kampungnya yang sangat berlumpur, karna habis diguyur hujan semalaman, mobil Marni terjebak dilumpur dan tidak bisa keluar dari lumpur itu, walaupun sudah di dorong-dorong oleh Dina.
            “Lu gila ya, masa gue disuruh dorong-dorong mobil sendirian. Dikira gua samsons apa?”
            “Jangan ngeluh mulu lu! Gua pecat baru tau rasa? Udah cepetan dorong lagi?”
            “Marni, padahal ini masih siang. Tapi kok gak ada yang lewat sama sekali?”
            “Iya nih, gue udah kesel banget. Tinggalin aja nih mobil!!”.
karna mobilnya tidak bisa keluar dari lumpur. Akhirnya Marni lekas pergi meninggalkan mobilnya karna saking kesalnya.
            “Ehh Marni, lu udah gila ya? Masa iya mobil lu tinggal. Kan sayang banget, kalo ilang bagaimana?”
            “Biarin, ntar gua beli mobil lagi deh!”
            “Sombong lu, kalau misalkan kekayaan lu ditarik sama ALLAH baru tau rasa!”
            “Berisik, sekali lagi lu ngomong. Bakalan gua pecat beneran!”.
Setelah berjalan cukup lama, Marni dan Dina akhirnya sampai juga di rumah ibunya. Dan Marni melihat ibunya yang sedang menyapu halaman rumahnya.
            “Ibuuuuuuuu!”
            “Lohh, Marni!”.
Marni memeluk ibunya dengan rasa kangennya dan sambil menangis di pundak ibunya.
            “Bu, maafin Marni ya? Marni gak pernah ngasih kabar ke ibu semenjak Marni merantau ke Jakarta dan sampai Marni menjadi sukses?”
            Ibunya sambil tersenyum, “Gapapa Marni, yang penting kamu masih inget dengan ibu dan mampir ke kampung halaman kamu”
            “Ini temen kamu Marni? Namanya siapa?”
            “Ohh, Marni sampai lupa. Perkenalkan bu, namanya Dina. Dia asisten aku sekaligus manager aku!”
Dina sambil tersenyum dan bersalaman pada Ibunya Marni “Salam kenal tante!!”
            “Tante? Panggil mbo aja!!”
            “Ohh iya mbo. Hehehe”.
Tiba-tiba ada seseorang lelaki datang dengan sepeda motornya hitam menuju rumahnya Marni sambil membawa sayur-sayuran yang dipesan oleh Ibunya Marni.
Matanya sambil melirik ke Marni dan sambil tersenyum, “Assalammualaikum, mbo, ini sayurnya!!”
            “Walaikumsallam, makasih ya nak?”.
Sambil tersenyum “Sama-sama mbo! Saya pergi dulu ya, assalammualaikum?”
            “Walaikumsallam warahmatullahi wabarokatuhh.”
            “Bu, kayanya Marni kenal sama orang itu deh?”.
Akhirnya Ibunya Marni menceritakan semua hal tentang laki-laki yang dibicarakan itu didalam rumah sambil menikmati teh hangat.
            “Ehh Marni, cowok yang tadi ganteng juga ya? Gue ngebayangin mukanya mulu nih!”
            “Dih dih, lu tau gak Din, cowok yang tadi itu namanya Retno!!”
`           “Ohhhh, namanya Retno. ganteng juga dia. Tapi kok, lu kenal sih sama dia? Apa jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyiin dari lu ya?”
            “Sembarangan kalo ngomong, dia itu temen gua pas masih kecil”
            “Ohhh, iya iya.”
            “Udah ya ngobrolnya, gue capek banget nih pengen istirahat dulu!!”
            “Lohh lohh lohh, tunggu dulu Ni. Gue pengin tau tentang Mas Ganteng itu lebih dalem lagi, please??”
Marni tertawa karena Dina menyebutkan nama Mas Retno menjadi Mas Ganteng, “Hahahaha.”
(bersambung)